Pembalap Yamaha Valentino Rossi dikenal sebagai raja
tikungan, karena keberaniannya menyalip rider lain baik dari sisi dalam maupun
luar tikungan. Kehebatan The Doctor ini, membuat ajang balap MotoGP bukan hanya
arena pertarungan kecepatan motor, tapi ada estetika "seni" membalap.
Sederet pembalap tenar sudah merasakan keberanian Rossi di
arena pacuan kuda besi. Sebut saja Max Biaggi. Rivalitas keduanya dimulai pada
2000 lalu.
Biaggi awalnya menganggap Rossi sebagai pembalap 'ingusan'
karena saat itu pemilik nomor 46 baru saja naik kelas dari 250cc ke 500cc.
Namun, pernyataan itu bisa dikatakan sebagai kesalahan terbesar juara empat
kali secara beruntun di kelas 250cc.
Pasalnya, Rossi mampu menjawab tantangan dengan merebut
posisi runner up di balapan perdananya bersama tim Honda. Sebaliknya, Biaggi
tercecer di urutan keempat.
Permusuhan Valentino Rossi dan Biaggi semakin memanas pada
musim 2001 atau tepatnya saat menjalani balapan di Suzuka. Saat itu mantan
kekasih Linda Morselli itu sempat terintimidasi oleh gaya balap Biaggi yang
dikenal sangat kontroversial.
Saat itu, Biaggi sengaja menghalangi kecepatan motor Rossi
dengan sikutnya. Tapi Rossi bukan pembalap yang mudah menyerah karena tepat di
trek lurus, dia sukses mengasapi musuh bebuyutannya dan merebut podium pertama.
Itu adalah peristiwa yang paling banyak dikenang penikmat
balap MotoGP. Seiring waktu, Rossi bertemu dengan pembalap muda yang memiliki
keberanian yang sama seperti dirinya.
Demi menjaga statusnya sebagai raja tikungan, Luca Cadalora,
meminta Rossi belajar mempertajam gaya bermanuver di tikungan. Selain itu,
Rossi harus kembali mengasah kemampuannya membuka gas di awal balapan.
"Sejak saya kembali ke Yamaha, saya telah mengubah
banyak gaya balap saya. Karena ada banyak perubahan yang terjadi misalnya
motor, ban, dan perangkat elektronik. Sementara itu, saya juga harus kembali
mengasah manuver saya saat menaklukan tikungan serta membuka gas lebih
awal," ungkap Valentino Rossi.