Yamaha Nilai MotoGP Di Indonesia Dongkrak Motivasi Pebalap Lokal
Yamaha Indonesia menyambut positif peluang Indonesia menggelar balapan MotoGP pada tahun 2017 mendatang. Mereka menilai event
tersebut bisa mendongkrak motivasi para pebalap lokal untuk lebih berprestasi.
CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta, datang langsung ke Jakarta pada
Rabu (20/5/2015) untuk membahas kemungkinan adanya seri MotoGP di Indonesia.
Ezpeleta bertemu Menteri Pariwisata Arief Yahya, Ketua Umum PP IMI Nanan
Soekarna, dan Direktur Sirkuit Sentul Tinton Soeprapto.
"Kami sangat menyambut baik kalau itu memang terlaksana.
Penggemar MotoGP di Indonesia sangat banyak dan sangat rindu event MotoGP
digelar di negara sendiri. Kalau balapan di Sepang saja, lebih dari 50%
penontonnya orang Indonesia. Mewakili pecinta MotoGP di Indonesia, kami
berharap ini benar-benar terlaksana," ujar GM After Sales and Motorsport
PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, M. Abidin, kepada detikSport, Kamis
(21/5).
"Ini peluang bagi pebalap Indonesia untuk menuju
jenjang yang lebih tinggi. Mimpi setiap pebalap tentu bisa menorehkan prestasi
di jenjang yang paling tinggi, yaitu MotoGP," tambah Abidin.
"Ini akan berpengaruh ke motivasi mereka dalam berlatih
dan meningkatkan skill," katanya.
Abidin cukup optimistis para pebalap lokal bisa unjuk gigi
andai seri MotoGP jadi digelar di Indonesia pada tahun 2017. Menurutnya, masih
ada waktu untuk mengasah skill yang sudah cukup baik.
"Saya pikir sangat memungkinkan. Baik pebalap Yamaha,
Honda, atau Kawasaki sudah bisa berprestasi di Asia," ujarnya.
"Dalam dua tahun ke depan masih bisa mengasah skill.
Kalau skill nggak beda jauh. Tapi, fisik jadi PR besar bagi pebalap-pebalap
indonesia," imbuh Abidin.
Yamaha Indonesia saat ini tengah menggembleng
pebalap-pebalap muda seperti Sigit PD, Imanuel Pratna, dan Galang Hendra.
Terlepas dari rencana digelarnya MotoGP di Indonesia, Yamah menargetkan para
pebalapnya itu bisa tampil di MotoGP Indonesia pada tahun 2018.
"Selama dua tahun terakhir mereka kami gembleng terus.
Kami sediakan latihan di dalam dan luar negeri dengan instruktur mantan-mantan
pebalap MotoGP. Yang lalu-lalu main langsung kirim ke arena yang lebih tinggi,
ya wajar kalau tidak memuaskan," tuturnya.
"Kami belajar dari pebalap Malaysia, saya lupa namanya.
Saat masih memakai motor bebek, levelnya di bawah pebalap Indonesia. Tapi, dia
dilatih secara profesional di Eropa, kehidupan pribadi diawasi. Itu kita tiru.
Bagaimana disiplin menjaga fisik, bukan hanya skill balap, kalau mau berkarier
di level yang lebih tinggi. Memang harus mengorbankan kehidupan pribadinya
kalau sudah pro," kata Abidin.
"Tahun 2018 mereka ke MotoGP. Bukan cuma rider, tapi
termasuk teknisi dan manajer. Pengalaman kami dengan Doni Tata, kami cuma
mengirim pebalap. Itu ada faktor psikologis yang menimbulkan pressure
tersendiri karena dia merasa sendiri, bahasa berbeda. Kalau turun dengan tim
ceritanya akan berbeda. Jadinya bisa konsentrasi ke balapan," simpulnya.